Halaman

Guru SMA Muhammadiyah Kauman Berdasi

0 komentar

Padang Panjang, Singgalang

Kepala SMA Muhammadiyah Kauman Padang Panjang, Suharjiman, S.Pd, menyatakan kreativitas siswa harus ditampung, dikembangkan dan diarahkan sehingga mampu melahirkan karya-karya kreatif dan positif.

Beranjak dari filosofi itu pulalah, katanya, SMA yang berada pada urutan keempat SLTA yang memperoleh nilai UN tertinggi di Padang Panjang itu, memfasilitasi apapun yang dibutuhkan siswanya untuk berkembang, termasuk dibidang jurnalistik.

"Anak-anak saya ini lasak. Kalau tidak diberi mainan dan diarahkan, dia pasti akan merusak. Makanya kita tampung dan salurkan aspirasi itu dengan sebaik-baiknya" ujar Suharjiman menjawab singgalang, diruang kerjanya. Ahad, 18/1

Salah satu karya kreatif itu, menurutnya, belakangan ini para siswanya yang punya minat dibidang jurnalistik, menerbitkan media jurnalistik sekolah yang diberi nama Muhammadiyah Ekspres, disingkat Madex. Hingga pekan kemaren,media jurnalistik itu sudah memasuki edisi keempat.

Madex dibina dan dibimbing oleh empat guru, yakni Dra. Rusmaida Nst, Suratman Koto, Evanita, S.Pd dan Syafrima Yanti, S.Pd. Sedangkan pemimpin redaksi dipimpin langsung oleh siswa, yakni Muhammad Alfariqi dengan wakil Adly Hafidz. Sementara itu tim kerja redaksi lainnya adalah Fauzan Aulya, Ridho Budiman, Roni Akbar dan Ranie.

Guna Mengembangkan kreativitas dan kemampuan jurnalistik para siswa, Suharjiman, mengaku akan segera mengadakan pelatihan khusus untuk para tim kerja redaksi ditambah dengan beberapa siswa yang punya minat dibidang jurnalistik. "Narasumbernya kita harapkan para wartawan yang punya pengalaman, sehingga mereka bisa menimba keterampilan lebih dalam" tandasnya.

Kreasi lain yang kini terlihat menonjol di SMA Muhammadiyah Kauman adalah membangun disiplin dan image profesional para tenaga pengajar. " Setiap Selasa dan Rabu, Kami mewajibkan setiap guru yang laki-laki mengenakan pakaian kemeja lengan panjang dan berdasi.Ada perkembangan positif dalam pola hubungan siswa dan guru dengan pola pakaian baru itu. Tidak cuma terkesan birokratif dengan pakaian seragam seperti orang pemerintahan.
Dengan berkemeja dan berdasi, para guru dituntut untuk menjaga profesionalisme, bukan keberkuasannya,"kata Suhardiman